Postingan

proposal mangrove's crep

Gambar
PROPOSAL MANGROVE`S CREP (REHABILITASI HUTAN RUSAK DAN LAHAN KRITIS MANGROVE) A.      Latar Belakang Pengelolaan ekosistem hutan, pasir dan laut yang berkelanjutan dengan memperhatikan kaedah-kaedah konservasi dan kesejahteraan masyarakat belum dilakukan secara efektif, sehingga di beberapa wilayah pesisir sudah mulai muncul fenomena pemanfaatan yang bersikap sektoral, eksploitatif dan melampaui daya dukung lingkungannya. Dampak pemanfaatan tersebut mulai muncul, khususnya terlihat pada laju kerusakan fisik lingkungan pesisir yang semakin meningkat. Masalah penambangan dan ekspor pasir di kepulauan Riau ke Singapura akhir-akhir ini banyak diberitakan di media massa dan dibicarakan masyarakat luas, apalagi setelah tertangkapnya beberapa kapal keruk pasir oleh kapal perang TNI Angkatan Laut beberapa waktu lalu. Maraknya penambangan dan ekspor pasir laut dipicu dengan adanya kegiatan reklamasi di pesisir Singapura yang mencapai 160-180 km2 dengan volume kebutuhan pasir

proposal pembuatan hutan rakyat

Gambar
PROPOSAL PEMBUATAN HUTAN RAKYAT KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2012 A.      LATAR BELAKANG Gunung Muria merupakan salah satu gunung api yang berdasarkan klasifikasi Direktorat Vulkanologi tidak termasuk gunung api aktif dan diklasifikasikan sebagai Gunung Api Ma’ar [1] . Sehingga meskipun tidak sebagai gunung api aktif namun memiliki potensi letusan jika terjadi perubahan proses geologi pada wilayah tersebut. Berdasarkan data BPDAS Pemali Jawa Tengah tahun 2007, keadaan penutupan lahan di kawasan tersebut mengalami degradasi dari tahun ke tahun. Total luas hutan kawasan Muria [2] adalah 69.812,08 ha, dan hutan di wilayah Jepara 21.516,406 Ha, tahun 2007, 17. 954 Ha atau 83% gundul, termasuk 3,962.66 ha Hutan Lindung [3] . Pada tahun 2009, analisa data dari citra satelit BP-DAS Pemali Jratun, di Kabupaten Jepara masih terdapat lahan kritis yang cukup luas baik yang berada di dalam kawasan maupun di luas kawasan hutan yaitu 12.953 ha dengan kriteria san